Breaking News

Tuesday 15 March 2016

Gencatan senjata Suriah masih dilanggar



Kubu pemerintah maupun pemberontak Suriah saling tuding ketika terjadi belasan kali pelanggaran gencatan senjata di seantero negara itu sepanjang akhir pekan lalu. Sesuai kesepatakan yang dipantau langsung PBB, tidak boleh ada satupun tembak menembak di kota-kota yang selama ini dilanda perang saudara, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (29/2).
"Berdasarkan pantauan kami selama 24 jam terakhir, ada sembilan kali pelanggaran serta serangan terjadi dari kubu pemberontak," dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Pertahanan Rusia, selaku sekutu Presiden Basyar al-Assad.
Letnan Jenderal Sergei Kuralenko, pemimpin kontingen pasukan Rusia dari Pangkalan Udara Hmeimim, menuding Turki membiarkan militan pemberontak terus menembak. "Kami mencatat ada beberapa kali tembakan artileri dari wilayah Turki," ujarnya.
Tak terima dituding demikian, kubu pemberontak dari Pasukan Pembebas Suriah (FSA) balik menuding Assad disokong jet-jet tempur Rusia mengabaikan kesepakatan damai sementara. Dari hitungan kelompok pemberontak, setidaknya ada 15 kali pelanggaran gencatan senjata.
Perjanjian damai seharusnya dilaksanakan mulai Sabtu (27/2) pukul 00.00 waktu setempat. Pada kenyataannya, Ibu Kota Damaskus sepanjang akhir pekan lalu masih juga terkena serangan roket, yang arahnya datang dari kawasan Ghouta.
Gencatan senjata berlaku untuk seluruh pihak yang bertikai di Suriah. Pengecualian diberikan pada operasi gabungan internasional menghabisi teroris yang bercokol di Suriah.
Artinya, serangan udara maupun darat menggempur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) serta Front Jabhat al-Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaidah, tidak termasuk dalam perjanjian gencatan senjata.
Tak berapa lama setelah AS-Rusia mengumumkan siap memfasilitasi gencatan senjata, Presiden Assad ikut menyatakan siap menggelar pemilihan umum parlemen. Dia menargetkan pemilu digelar 13 April mendatang.
Perang saudara di Suriah bermula pada 2011. Pemerintahan Assad yang dikuasai faksi Syiah Alawite, menindas aksi unjuk rasa para pemeluk Sunni di wilayah utara dan selatan negara itu ketika muncul resesi ekonomi. Kekerasan dan penculikan aktivis oleh Rezim Assad memaksa warga sipil mempersenjatai diri lalu mengobarkan perang saudara.
Dalam catatan pemantau HAM Suriah (SOHR), jumlah korban tewas karena peperangan selama empat tahun terakhir mencapai 250.124 orang. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 74.426 adalah warga sipil. Di luar korban jiwa, empat juta jiwa penduduk kabur dari wilayah konflik, kebanyakan menuju Eropa.
data dari merdeka.com

Post a Comment